Lima bulan sebelum terbunuh, Farag Fouda terlibat dalam debat berkisar hubungan agama dan politik disebuah pameran buku Kairo.

Ada tiga puluh orang hadir disitu. Lawan debatnya adalah Muhammad al Ghazali.

Dalam buku Kebenaran Yang Hilang terbitan Departemen Agama, Fouda  mengemukakan dengan gamblang misalnya riwayat Khalifah ke-3 yaitu Usman bin Affan. Pada tahun 644 ia diangkat sebagai pemimpin umat. Dua belas tahun kemudian dia dibunuh, bukan oleh Yahudi, Majusi, atau kafir lainnya melainkan oleh pengikutnya.

Gara-garanya mereka kebingungan akan suksesi, Usman sudah berusia 83tahun namun tak hendak turun tahta. Terpaksa mereka membunuhnya dan menistakannya. Lalu jasad dibiarkan selama dua hari, boleh diludahi, dan tidak boleh dikuburkan dipemakaman Islam karena juga tidak ada yang menyalatinya. Oleh kitab ahli sejarah berjudul Tabaqat al-Kubra susunan Ibnu Sa’ad menulis satu data. Di brankas Usman ditemukan 30.500.000 dirham dan 100.000 dinnar.

Akibat perdebatan tersebut, pada tanggal 8 Juni 1992 di Madinat al-Nasr, Kairo, dua orang bertopeng menyerangnya. Fouda, 46,  tewas dan anaknya tertembak. Lima hari sebelumnya sekelompok ulama al-Azhar mengumumkan bahwa Cendekiawan ini menghujat agama dan boleh dibunuh. Lalu kelompok Jamaah Islamiah mengatakan “Ya kami membunuhnya..“

Khalifah ke-4, Ali dibunuh oleh pedang beracun, juga bukan oleh Yahudi, kafir atau sebutan lainnya melainkan oleh Ibnu Muljam. Hanya dalam usia pemerintahan lima tahun.

Pembunuhnya tertangkap. Sebagai hukuman tangan dan kakinya dipenggal, matanya dicungkil dan lidahnya dipotong dan mayatnya dibakar.

Pada abad ke-8, khilafah jatuh ketangan wangsa Abbasiyah, yang muncul pertama kali adalah al-Saffah alias siJagal. Ia mengumumkan bahwa segala lawan politik harus diburu sampai kekubur. Ternyata perintah ini dilakukan dalam arti mereka menggali mayat musuh politik, ada jasad masih agak utuh , disalib, dibakar. Ternyata musuh yang telah mati masih terasa belum mutlak mati. Musuh yang hidup apa lagi…

Mungkin ciri yang teramat mengagumkan di Indonesia, buku pikiran Fouda bukan dibunuh melainkan diterbitkan dalam Kebenaran Yang Hilang..

Sumber: Majalah Tempo 9 Maret 2008 – Catatan Pinggir Gunawan Muhammad

Repost dari : Kebenaran Yang Hilang – sebuah buku dari Departemen Agama